Hal-hal Yang Dapat Merusak Haji

 on 06 April 2012  

 Haji (Bahasa Arab: حج‎; transliterasi: Hajj) adalah rukun (tiang agama) Islam yang kelima setelah syahadat, salat, zakat dan puasa. Menunaikan ibadah haji adalah bentuk ritual tahunan yang dilaksanakan kaum muslim sedunia yang mampu (material, fisik, dan keilmuan)
dengan berkunjung dan melaksanakan beberapa kegiatan di beberapa tempat di Arab Saudi pada suatu waktu yang dikenal sebagai musim haji (bulan Zulhijah). - WIKIPEDIA

Namun, betatapun mulianya ibadah haji, jika kita kurang hati-hati, maka akan dapat mengurangi atau bahkan merusak nilai ibadah itu sendiri.

1.     Syirik

Di antara tujuan utama ibadah haji adalah memurnikan tauhid dan meninggalkan syirik. Kalimat talbiah memberikan makna yang jelas tentang hal tsb dan banyak lagi petunjuk lainnya dalam ibadah ini yang mengajak kepada tauhid yang murni. Perjalanan ibadah haji yang cukup mengandung resiko, tidak jarang mengundang sebagian jamaah haji meyakini atau melakukan sesuatu yang dapat masuk pada katagori syirik, kecil maupun besar.

misalkan Sebagian jamaah haji ada yang meyakini bahwa membawa tanah dari kampung halamannya dengan keyakinan agar dirinya dapat kembali dengan selamat. Sebagian lagi ada yang membawa tanah dari tanah haram untuk mendapatkan berkah, atau untuk jimat. Sebagian lagi mengusap-usap bangunan tertentu yang diyakini memiliki berkah atau membeli kain kiswah (penutup Ka'bah) dengan keyakinan akan mendatangkan keberuntungan. Bahkan ada yang memohon kepada makhluk. Camkanlah dalam diri. Syirik membuat ibadah kita menjadi tidak bernilai apa-apa di sisi Allah (QS. Al-An'am: 88).

2.       Riya, sum'ah dan sombong.

Apresiasi yang tinggi dari masyarakat terhadap orang yang telah menjalankan ibadah haji, tidak jarang membuat sebagian orang menjadikan ibadah haji sebagai lambang prestise dan kebanggaan. Permasalahan ini biasanya sangat halus. Karena itu sangat membutuhkan kebersihan hati dan mawas diri untuk menghindarinya.

Anas bin Malik meriwayatkan bahwa Rasulullah saw melaksanakan ibadah haji di atas kendaraannya yang ringkih dan dengan kain seharga empat dirham atau kurang. Lalu beliau bersabda,

"Ya Allah, jadikanlah haji (yang mabrur), tidak ada riya dan sum'ah di dalamnya." (HR. Ibnu Majah).

3.       Tidak cukup bekal ilmu

Ibadah haji adalah ibadah yang jarang dilakukan, kemudian ibadah ini juga sangat terkait dengan medan dan situasi yang berkembang dan berubah-ubah. Bisa jadi teori yang kita pelajari menjadi berubah karena kondisi yang dialami berubah. Seperti misalnya Aisyah ra yang sudah niat haji, lalu mengalami haid maka Rasulullah saw perintahkan untuk mengubah niatnya agar tidak terhalang pelaksanaan hajinya. Jadi membutuhkan ilmu yang cukup. Minimal, hendaknya dia berada di bawah bimbingan yang intensif selama perjalanan haji. Yang lebih parah lagi adalah jika sang pembimbingpun ternyata tidak banyak memahami seluk beluk manasik haji.

Maka sangat dianjurkan membawa buku petunjuk ibadah haji selama melaksanakan manasik haji, memahami satu demi satu pelaksanaan haji, ikuti dengan seksama setiap penjelasan tentang pelaksanaan haji, dan banyak-banyaklah bertanya kepada orang yang paham tentang berbagai masalah yang dia hadapi.


4.       'Pandangan Liar'

Hati-hati dengan pandangan-pandangan yang tidak terkontrol terhadap lawan jenis, baik dalam satu rombongan atau dengan rombongan lain Apalagi orang-orang dari berbagai bangsa dengan rupa yang menawan boleh jadi akan sering berseliweran di depan kita. Kalau memang mau tidak mau terlihat oleh kita, jangan ikuti dengan pandangan berikutnya. Karena itu, kita harus mengatasi sendiri masalah tersebut dengan sebuah kesadaran dan kekuatan hati. Kalau tidak, maka dia dapat menjadi celah masuknya setan merusak nilai ibadah kita. Tidak sedikit hubungan cinta tidak halal berawal dari pandangan yang tidak terjaga saat beribadah haji. Khususnya jika jamaah hajinya masih bujangan atau gadis.

5.     Alat-alat komunikasi dan dokumentasi

pada masa kini muncul fenomena baru untuk selalu mengabadikan moment-moment yang sangat berharga tersebut. Maka 'jepret sana jepret sini' tanpa menghiraukan tempat dan suasana ibadah yang sangat khusus,  kini sudah menjadi pemandangan yang sering kita dapatkan. Saat desak-desakkan thawaf, kadang kita dapatkan orang yang sempat-sempatnya 'berpose', begitu pula saat sai. Saat waktu wukuf dimulai, masih ada sebagian jamaah haji yang asyik bergaya untuk dipoto di bawah pohon, di dalam tenda atau di tengah keramaian, atau dia pergi ke Jabal rahmah untuk mendapatkan satu dua pose yang menarik. Kadang ketika kita sedang khusyu berdoa, di sebelah ada yang sedang cekikikan berbicara dengan orang di seberang sana.

Hendaknya dibatasi penggunaan alat-alat tersebut selama pelaksaan ibadah haji. Maksimalkan untuk hal-hal yang bermanfaat, apakah bertanya, mengetahui lokasi, mencari informasi dll. Usahakan pada moment tertentu, seperti sedang thawaf, wukuf, dll tidak menggunakan alat-alat tsb kecuali jika ada kebutuhan mendesak.

6.       Kata-kata Kasar, mengeluh dan berbantah-bantahan

Pelaksanaan ibadah haji membutuhkan kesabaran ekstra. Kita akan sering berhadapan dengan kondisi dan situasi di bawah ambang normal. Kemacetan total, jalan kaki berdesak-desakkan, tidak menemukan lokasi yang dicari, antri WC sekian lama, sikap kasar orang lain, panas terik tanpa pelindung kepala, dll.

Benarlah pesan Allah Ta'ala bagi orang yang beribadah haji,

"Siapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan." (QS. Al-Baqarah: 197)

7.     Berlebih-lebihan Belanja

Salah satu perhatian jamaah haji di luar ibadah yang cukup sering menyita perhatian adalah menyiapkan oleh-oleh untuk dirinya sendiri, keluarga dan kenalan di tanah air. Ini adalah niat yang baik dan patut mendapatkan perhatian. Tapi menjadikan pelaksanaan ibadah haji didominasi dengan agenda belanja, menghamburkan uang untuk membeli segala sesuatu yang diingininya begitu saja dan kemudian dirinya lebih disibukkan oleh barang bawaannya ketimbang maksimal beribadah, hal ini patut diwaspadai.

Usahakan agenda belanja dilakukan jauh sebelum pelaksanaan haji, atau sesudahnya. Kemudian pertegas barang-barang yang hendak dibeli sesuai kebutuhan dan rencana. Agar diketahui, sebagian barang yang dibeli jamaah haji, tidak lebih bagus dan lebih murah dari barang yang ada di tanah air. Hanya kegemaran berbelanja itulah yang sering mengenyampingkan perkara tersebut.

http://formmit.org
Hal-hal Yang Dapat Merusak Haji 4.5 5 JASMAN UNIMPORTANT 06 April 2012   Haji ( Bahasa Arab : حج‎ ; transliterasi: Hajj ) adalah rukun (tiang agama) Islam yang kelima setelah syahadat , salat , zakat dan pua...


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Postingan Populer